Senin, 30 November 2015

Geng Pelajar Bacok 2 Mahasiswa

KENAKALAN REMAJA
Geng Pelajar Bacok 2 Mahasiswa

ILUSTRASI (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)ILUSTRASI (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)
Kenakalan remaja diduga dilakukan pelajar.
Solopos.com, SLEMAN – Komplotan pemuda yang diduga geng pelajar membacok dua mahasiswa yang tengah melintas di simpang tiga Sompilan, Cebongan, Sumberadi, Mlati, Sleman Minggu (13/9/2015) dinihari. Dua korban menderita luka bacok di bagian tangan.
Dua korban itu adalah Setio Arif Priambodo, 21, warga Tulung RT01/RW01 Tamanmartani, Kalasan dan Rifa’i Eko Prasetyo, 22, warga Senoboyo RT01/RW13 Banyurejo, Tempel, Sleman.
Informasi yang dihimpun, peristiwa pembacokan terjadi sekitar pukul 02.30 WIB. Berawal ketika dua korban pulang dari rumah temannya di kawasan Mlati masing-masing membawa motor sendiri. Dalam perjalanan, sesampai di simpang tiga pohon beringin Sompilan keduanya bersimpangan dengan gerombolan pemuda. Mereka berjumlah sekitar lima orang saling berboncengan. Teridentifikasi memakai motor satu Kawasaki KLX warna hijau putih dan dua Honda Vario warna hitam.
Geng pelajar dengan memakai helm full face itu lalu berbalik arah mengejar kedua korban. Salah satu diantara gerombolan ini sempat menanyakan asal sekolah terhadap kedua korban. Tetapi dijawab oleh korban Arif dengan pernyataan bahwa keduanya sudah tidak sekolah karena sudah berstatus mahasiswa. Tetapi salah satu pelaku yang membonceng langsung membacok korban Arif. Kemudian korban berhasil meloloskan diri. Pelaku lain lalu mengejar korban Rifa’i sampai di kawasan Pundong, Tirtoadi, Mlati. Dengan masih di atas motor, pelaku membabi buta membacok korban hingga berlumuran darah.
Gerombolan geng itu lalu melarikan diri ke arah barat Mlati. Sedangkan korban meminta bantuan warga untuk dibawa ke Puskesmas Mlati tapi kemudian dirujuk ke RSUD Sleman. Korban Arief menderita luka bacok hingga kedalaman empat sentimeter dan panjang luka hingga 10 sentimeter di lengan kanan. Sedangkan korban Rifai terkena sabetan senjata tajam pada tangannya dengan panjang luka sekitar lima sentimeter.
“Kejadiannya memang seperti itu, tapi sampai saat ini korban tidak melapor, kami sudah cek ke Polsek [Mlati] juga,” ungkap Kapolres Sleman AKBP Faried Zulkarnain saat dimintai konfirmasi melalui sambungan telepon, Minggu (13/9/2015) siang.
Kanit Reskrim Polsek Mlati AKP Haryanto mengakui bahwa korban tidak melapor. Informasi hanya didapatkan dari warga dan tempat kejadian perkara.
“Tapi penyelidikan tetap dilakukan,” ujarnya.
Faried menegaskan kasus pembacokan itu akan menjadi perhatiannya. Terkait pelaku pihaknya belum dapat menyimpulkan kemungkinan pelaku adalah geng pelajar meski sempat menanyakan perihal sekolah.
“Kami akan perketat intensitas patroli terutama di malam Minggu di jam rawan seperti dinihari. Kami imbau juga masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, kalau ada yang mencurigakan sebaiknya langsung melapor,” tegasnya

Siswi 'Jual' Temannya Dianggap Hanya Kenakalan Remaja

Siswi 'Jual' Temannya Dianggap Hanya Kenakalan Remaja  

Kamis, 21 Mei 2015 | 06:56 WIB
Siswi 'Jual' Temannya Dianggap Hanya Kenakalan Remaja  
Petugas Satpol PP, mendata pelajar yang terjaring razia pada jam sekolah di sebuah mal di kawasan Jakarta Selatan, 3 Februari 2015. Razia untuk mengantisipasi kenakalan remaja usia sekolah, sebanyak 21 pelajar yang keluyuran saat jam sekolah terjaring. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
TEMPO.CO, Nganjuk - Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, membantah prostitusi anak tumbuh di wilayahnya. Kasus yang terjadi pada TS, remaja 14 tahun, yang 'dijual' sahabatnya kepada sejumlah teman prianya disebut baru sekali ini terjadi.

Kepala Kantor Kesejahteraan, Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Nganjuk Abdul Wahid menegaskan, hingga kini tidak pernah ditemukan prostitusi anak di wilayahnya. Kasus yang menimpa TS, remaja putus sekolah kelas 2 SMP, dianggap sebatas kenakalan remaja akibat salah pergaulan.

“Tidak mengarah pada kegiatan prostitusi,” katanya, Rabu 20 Mei 2015.

Wahid mengatakan, perbuatan TS yang terjebak pada hubungan intim dengan 5 pria dalam 3 hari adalah kasus langka yang belum pernah terungkap di Nganjuk. Bahkan, jika melihat kronologi peristiwa itu dengan hubungan intim yang selalu disertai minuman keras, menurut Wahid, besar kemungkinan TS tidak menyadari sepenuhnya perbuatannya.

Menurut Wahid, indikasi lain tidak adanya unsur prostitusi dalam kasus ini adalah perbuatan tersebut tidak dilatarbelakangi ekonomi. TS sebagai pelaku hubungan badan bahkan tak pernah meminta imbalan kepada pasangannya. “Jadi lebih pada persoalan psikologis yang berpulang pada kondisi keluarga,” katanya.

Namun demikian Pemerintah Nganjuk berjanji akan tetap membantu rehabilitasi terhadap kepada dua remaja ini agar tak larut lebih jauh dalam pergaulan bebas. Diantaranya dengan investigasi kondisi orang tuanya dan menciptakan lingkungan anak-anak yang sehat dan nyaman.

Pendapat serupa disampaikan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Tanjunganom Nganjuk Nur Ahmad, yang menilai dinamika kenakalan remaja saat ini semakin serius. Namun, hingga kini belum mengarah pada kegiatan prostitusi berlatar belakang bisnis seperti yang dikhawatirkan. “Ada murid kami yang terpaksa kami keluarkan karena hamil di luar nikah,” katanya.

Diberitakan sebelumnya Kepolisian Resor Nganjuk menangkap seorang remaja perempuan usia 15 tahun yang dituduh menjual temannya sendiri kepada lima pria hidung belang. Dari praktik tersebut dia mendapatkan uang tunai Rp 30 ribu dan sebuah telepon genggam. Polisi juga telah menangkap tiga dari lima pria yang meniduri TS.